Sungai Pakning berada di wilayah pesisir Provinsi Riau, berseberangan dengan Pulau Bengkalis. Permasalahan umum yang nampak di wilayah Sungai Pakning antara lain kebakaran lahan dan hutan serta abrasi. Berbagai upaya telah dilakukan masyarakat dari dahulu hingga sekarang, untuk memecahkan permasalahan itu, namun masyarakat sering mengalami kegagalan baik dalam proses penanaman mangrove sebagai upaya pencegahan bencana abrasi maupun pencegahan karhutlah. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai tatacara penanaman mangrove dan besarnya arus yang menggerus daratan mereka. Mulai tahun 2017 PT Pertamina RU II Sungai Pakning mulai memperkenalkan beberapa metode alat pemecah ombak yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman mangrove dan pencegahan abrasi antara lain hybrid engineering, lalu hybrid engineering yang telah dimodifikasi dan terakhir ialah triangle mangrove barrier. Di wilayah gambut Pertamina RU II Sungai Pakning juga memperkenalkan Arboretum Gambut sebagai solusinya.

Selain itu sebagai wujud kepedulian PT. Pertamina RU II Sungai Pakning terhadap perlindungan biodiversity mangrove maka dibangunlah Mangrove Education Center (MEC) Pangkalan Jambi sebagai tempat implementasi konservasi biodiversity ekosistem mangrove dan untuk edukasi terhadap masyarakat, Arboretum Gambut sebagai tempat pelestarian flora dan fauna di wilayah dagmbut, serta Mangrove Desa Tanjung leban sebagai wilayah konservasi pesisir. Sebagai bagian dari pengelolaan maka PT. Pertamina RU II Sungai Pakning secara rutin melakukan pemantauan/monev perkembangan biodiversity di dalamnya. Untuk itu didalam laporan ini akan dijelaskan mengenai kenaikan indeks keanekaragaman hayati yang terjadi di masing – masing lokasi Program Keanekaragaman Hayati.